BOY RAJA P. MARPAUNG, SH & REKAN

Kamis, 21 Agustus 2014

Tulisan adalah Kekuatan


Terbit di Harian Analisa Sabtu, 2 Agustus 2014 

*Boy Raja Pangihutan Marpaung
Banyak yang bilang, nuklir adalah senjata paling mematikan di dunia. Kekuatan dan dampaknya dapat menghancurkan dunia beserta isinya. Namun, hal ini tak berlaku bagi para EZLN (kelompok pembebasan di Meksiko). Senjata paling mematikan bagi mereka adalah kata-kata. Dengan kata, dunia yang ada saat ini tercipta. Segala sesuatu ada karena kata. Dengan kata, pengetahuan seseorang dapat terisi.
Seperti yang diutarakan filsuf Perancis, Michael Foucault, power is knowledge. Hal ini juga ditegaskan Subcomandante Marcos (Pemimpin EZLN), senjata utama mereka adalah kata yang bisa mengubah dunia berserta isinya. “Kata adalah senjata,” tegasnya.
Buku berjudul Our Word Is Our Weapon  yang dituliskan Marcos sangat menginspirasi para pengikutnya. Mereka menganggap salah satunya alat yang sangat membahayakan karena tajam nya kata itu.. Kata- kata yang dikeluaarkan dari mulut itu semua memiliki makna dan setiap kalimat yang dilontarkan memiliki maksud.
Ketajaman kata yang dimaksudkan dalam hal ini tentu memiliki arti yang mendalam. Memiliki sebuah makna yang sangat luar biasa dan memiliki maksud untuk mendapatkan sasaran dari kata yang dilontarkan. Begitu juga dengan kalimat, tidak lagi sebuah gabungan kata yang di rangkai menjadi indah bunyinya, melainkan beberapa kata-kata yang memiliki makna dan di gabunngkan menjadi  memiliki maksud tertentu untuk tujuan tertentu berdasarkan kebenaran.
Kekuatan Dalam Tulisan
Hal ini tentu mengingat kan kita yang sering menggunakan kata dan kalimat untuk menggambarkan suatu atau menyampaikan bahkan mengkritik sesuatu. Bagaimana sebuah kata dan kalimat yang kita keluarkan  merupakan kekuatan yang kita miliki dalam hal yang menujukan suatu penyampaian yang kita perjuangkan. Itulah yang dimaksudkan dengan writing is power.
Kata dan kalimat yang kita gunakan untuk menuliskan sesuatu, harus memliki sebuah makana dan tujuan yang memang didasari dari hal sebuah realitas. Sebab realitas dalam sebuah tulisan itu merupakan sebuah kekuatan. Kekuatan untuk mengkritik, menyampaikan, dan penggambaran. Hal ini akan mendorong bagaimana maksud dari tulisan itu mengarah kemana.
Menulis tanpa mendapatkan realitas sesungguhnya tentu akan mengurangi dan bahkan membuat tuisan itu menjadi tumpul dan tidak memiliki kekuatan. Spontanitas merupakan penyebab dari hal tersebut. Tanpa melakukan proses praksis (Refrensi-Diskusi-Refleksi-Aksi-Evaluasi) sudah langsung dapat menyimpulkan sesuatu.
Mencegah hal tersebut, maka perlunya para penggiat tulisan mendekatkan diri kepada realitas, karena tanpa dibarengi dengan realitas tulisan itu sama sekali tidak menggigit. Kita tentu memiliki sasaran tulisan yang menunjukkan kepada siapa kita akan tujukan tulisan tersebut. Misalnya kita mengarahkan tulisan yang berbentuk kampanye kepada masyarakat awam, tentu kita harus tahu, bagaimana gaya bahasa yang harus kita lontarkan dalam tulisan agar masyarakat awam itu mengerti terhadap seruan dalam tulisan kita.
            Hal ini juga menggambarkan kita sebagai penulis, seberapa pahamnya kita tentang apa yang telah kita tulis. Banyaknya kebutuhan ilmu pengetahuan merupakan dasar dari menulis, sehingga harus banyak pula yang kita ketahui tentang apa yang kita tulis melalui realitas sosial yang kita hadapi dan tidak lupa dengan membaca.
Belajar dari Pendahulu
            Sangat banyak para pejuang terdahulu yang menggunakan tulisan sebagai kekuatan untuk merealisasikan dan mengkampanyekan sesuatu yang diperjuangkan mereka.  Mereka merealisasikannya melalui tulisan-tulisan, baik berbentuk pucukan surat, puisi, novel dan bahkan menuliskan buku, seperti Marcos.
            Soekarno, proklamator Indonesia yang menulis di media-media cetak untuk melawan penjajahan Belanda, tulisan-tulisannya sekarang menjadi buku “Dibawah Bendera Revolusi”. Ia mengatakan jangan sekali-sekali melupakan sejarah, sebab barang siapa yang melupakan sejarah bangsanya, maka akan lupa pula untuk memajukan negaranya.
            Pramoedy Ananta Taoer, seorang sastrawan yang telah menulis lebih dari 50 buku, dalam buku-bukunya. Dia melontarkan kritik –kritik politik dalam tulisannya, di juga memperjuangkan humanisme dalam budaya-budaya feodal yang masih di terapkan di Jawa, serta kampanye kekejaman penjajahan Jepang di Indonesia.Setiap tulisannya memiliki sejarah realitas yang dihadapinya sendiri. Pram mengatakan “Menulislah maka engkau akan tahu sejarah mu”.
Voltaire, merupakan seorang pengarang, sejarawan, pengacara dan filsuf ternama Perancis, ia terkenal karena telah menulis lebih dari 20 ribu surat dan 2 ribu buku dan pamfle. Dia pejuang Humanisme pra meledaknya revolusi Prancis melalui gagasan-gagasan dalam tulisannya. Dia berkata “Ok, ok, teman saya yang baik, sekarang bukan waktunya untuk membuat musuh”.
Ernesto Guavara, seorang Revolusioner dari Argentina yang melakukan pembebasan rakyat Cuba. Dia selalu menuliskan di buku hariannya yang saat ini sangat terkenal dan menulis surat-surat pada kaum muda. Dia berkata kepada tema grilyanya “Tidakkah kau membaca, paling tidak menulis diary mu, kalau kau tidak melakukannya,  lebih baik kau berada di rumah mu”
            Inilah para pendahulu ternyata berjuang berdasarkan inteligensia mereka, dari praktek hingga gagasan-gagasan yang mereka keluarkan berdasarkan realitas yang mereka rasakan dengan nyata di tuangkan juga kedalam bentuk tulisan, dan memiliki sasaran serta target tertentu. Mereka membuktikan juga bahwasanya tuslisan-tulisan yang mereka ciptakan memiliki nilai-nilai yang menjadi kekuatan dalam perjuangan mereka.
            Jadi sudah waktunya kita menulis dengan hal yang berangkat dari realitas agar menciptakan realitas baru, dan tulisan kita itu memiliki kekuatan, dan bukan lagi retorika belaka, antara praktek dan gagasan yang kita keluarkan seimbang. Antara ide dan perjuangan memiliki sasaran dan target yang jelas serta memiliki maksud yang jelas dalam tulisan akan menjadi kekuatan untuk menciptakan apa yang kita inginkan dari tulisan itu.
Penulis aktif dalam gerakan sosial dan Ka.Divisi Investigasi & Riset  di Hutan Rakyat Institute (HaRI)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Generasi Padi

Generasi Padi
Nassau

Total Tayangan Halaman

Rumah Kami

Rumah Kami
Porsea
@barunkbijiapikatamata. Diberdayakan oleh Blogger.

Mata yang Berbicara

Mata yang Berbicara
Canon 600D

Daftar Blog Saya

Translate

Pengikut

Labels