BOY RAJA P. MARPAUNG, SH & REKAN

Jumat, 27 Desember 2013

Lahirnya Peradaban Sosial Baru


(Refleksi Peryaan Natal 25 Desember 2013)


*Boy Raja Pangihutan Marpaung

Perayaan natal merupakan hari yang sangat penting bagi kaum nasrani. Histori lahirnya seorang Mesias (penyelamat) ke bumi yang menyelamatkan jiwa-jiwa manusia dari tindakan yang serakah dan menuntunnya ke jalan yang benar. Tepat pada tanggal 25 Desember semua kaum nasrani akan merayakannya dengan sebutan perayaan natal dengan metode-metode yang berbeda. 
Momentum lahirnya Juru S’lamat (Jesus) seakan menjadi euforia yang tak dapat terlewatkan begitu saja setiap tahunnya. Kemegahan ditunjukkan kaum nasrani dalam perayaan natal ini. Maka tidak heran jika kita melihat pesta kembang api, dandanan bangunan yang didekorasi dengan indah dan lampu berwarna yang menghiasi setiap sudut dimana kaum nasrani tiggal.
Banyak hal yang menjadi terbiasakan yang akhirnya terbudayakan pada perayaan natal ini yang akhirnya menghilangkan substansi dari natal tersebut. Baju baru, sepatu baru, serta perlengkapan baru yang sejatinya hanya menghias diri pada saat momentum itu saja. Hal ini tentu tidak menunjukan sebuah kondisi yang sebenarnya dari peradaban sosial yang sebenarnya. Artiannya kita hanya bertopeng sesaat hanya untuk evoria momentual, yang seharusnya tidak demikian.
Berangkat dari Histori
Merefleksikan kembali makna dari kelahiran sang Mesias (Jesus) ke bumi menjadi keharusan yang sangat penting bagi kaum nasrani. Mengulas kembali makna sejarah yang mulai pudar dan terbawa oleh arus zaman harus di hentikan. Karena apabila kita tidak berangkat dari sejarahNya, kita tidak akan tau substansinya.
Jika kita kembali kebelakang dan melihat perjalanan dari Jesus, kelahiranNya merupakan sebuah tesis sebuah peradaban baru bagi masyarakat Israel. Kondisi yang pada saat itu Roma menguasai Israel di bawah pimpinan Pontius Pilatus, seperti menggambarkan sebuah bentuk jaman feodalisme bercampur kolonialisme yang sangat jelas menyengsarakan masyarakat Israel.
Kemiskinan dan perbudakan terjadi dimana-mana. Masyarakat Israel pun seakan buas dan tidak peduli dengan orang sekitarnya yang mengakibatkan sifat individualisme tumbuh subur pada masyarakatnya. Bahkan tidak peduli walaupun kematian menjemput masyarakat disekelilingnya asalakan dirinya terselamatkan dari kondisi sosial yang mengerikan itu.
Kondisi sosial seperti itu telah membutakan kesadaran masyarakat Israel. Kekuasaan pemerintahan Rhoma telah melahirkan penderitaan kemiskinan. Namun datangnya Jesus ke dunia merubah hal ini. Seakan kemenangan masyarakat Israel dari bentuk feodalsisme kolonial sudah tidak lama lagi.
Secara perlahan Jesus memberikan kesadaran sosial dari pesan-pesan yang telah dia sampaikan seperti “Jika kau memiliki dua, maka berikanlah kepada teman mu yang tidak memilikinya satu”, “Ketoklah maka pintu akan dibukakan” dan bagaimana cara Jesus membentu kebersamaan 5000 orang hanya dengan 3 roti dan 2 ikan. Banyak lagi hal yang sebenarnya berbentuk pesan-pesan yang sifatnya bukan hanya sekedar. Bukan berarti ketika kita memberikan sedekah pada pengemis berarti kita telah melakukannya.
Bukanlah demikian maksud dari pesan Jesus. Artiannya, kita manusia memiliki kebutuhan yang sama dalam menjalani kehidupan, tidak membeda-bedakan dari segi apa pun. Jika kita salah maka akan salah dan jika benar maka akan tetap benar.  Kebersamaan dengan menanmkan kasih pada masyarakat Israel menjadi hal yang memudahkan masyarakat tersebut untuk menjalani kehidupan tentunya. Dalam kondisi yang masih di jajah akan lebih menguntungkan masyarakat untuk tetap bertahan hidup dengan adanya kebersamaan tersebut.
Untuk Peradaban Baru
Lambat laun melalui murid-murid Jesus maka menjadi banyaklah orang yang mengikuti jejakNya. Maka secara perlahan merubah watak dari masyarakat yang dulunya individualis menjadi peduli sesama. Hal ini tentu yang mendorong mengapa Jesus disebut dengan Mesias atau penyelamat.
Menghapuskan perbedaan dan merubah watak yang hanya ingin mendapatkan kepentingan pribadi menjadi salah satu kunci yang di gunakan Jesus. Berjalan kesana-kemari seakan melakukan diskusi publik hanya untuk menyebarkan kasih kepada masyarakat.  Maka mulailah muncul bibit-bibit sebuah peradaban baru. Kepercayaan dan penentangan pada feodalisme kolonial Rhoma pun di mulai dari bentuk-bentuk upeti yang semakin sedikit di merikan masyarakat kepada pemerintah melalui pajak pun mulai terjadi. Ini dikarena kan perlunya saling memberi antar masyarakat sesuai yang diajarkan Jesus.
Hal ini tentu mengganggu perjalanan politik Rhoma untuk menguasai Israel yang mengakibatkan Jesus di tangkap dan dibunuh melalui penyaliban. Namun kematian Jesus bukanlah akhir dari perjuangan kebersamaan masyarakat Israel. Melalui murid-muridnya tetap mengumandangkan kebersamaan dan kasih lah yang terutama. Maka setelah bertahun-tahun setelah kematian Jesus, masyarakat Israel berhasil mengusir penjajah Rhoma dari Israel.
Mulai dari situlah dikumandangkan metode-metode Jesus untuk menyelamatan manusia dari keserakahan. Terbangun sebuah kelompok yaitu kaum nasrani yang mengilhami ajaran Jesus dan menjadi panutan bagi kehidupan sehari-hari. Maka lahirlah peradaban baru.
Maka kita sebagai generasi nasrani saat ini, bagaimana kita dapat merefleksikan ajaran-ajaran Jesus dewasa ini. Sudahkah kita menanamkan kasih, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sosial saat ini atau masih tetap dalam perangkap keserakahan? Kita sudah harus mulai memahami substansi dari kelahiran sang Mesias ke bumi ini dan menjalankan semua perintah-perintahNya, dengan demikian kita dapat disebut sebagai generasi nasrani.
Merayakan kelahiran Jesus bukanlah sekedar kebersamaan pesta yang kita lengkapi dengan pernak-pernik penghias tubuh yang indah dan baru saja. Yang hanya menunjukkan kita sama hanya sesaat saja, sementara dalam kehidupan sehari-hari kita sebenarnya banyak yang harus mengganti baju 3 hari sekali ataupun kelaparan karena dilanda kemiskinan. Sementara di satu sisi diantara kita banyak yang memiliki harta berlimpah.
Bukan kemegahan atau kecantikan maupun benda-benda baru serta pesta euforialah lambang dari kelahiran Jesus. Kandang domba melambangkan kesederhanaan dan kasih merupakan cita-cita yang harus kita tanamkan untuk sebuah kebersamaan tanpa perbedaan pada kaum nasrani untuk membangun sebuah peradaban sosial yang baru tanpa keserakahan.
Oleh karena itu, mulai saat ini marilah kita menanamkan pada diri kita sebagai kaum nasrani. Untuk menanamkan kasih serta kesetaraan pada diri kita ke sesama manusia seperti yang di ajarkan sang Mesias. Demi peradaban sosisal yang lebih baik kedepan untuk masa depan bumi dan manusia.
Saya terispirasi dari buku Teologi Pembebasan yang ditulis oleh Gustavo Guetierres. Buku yang menjadi panutan bagi negara-negara Amerika Latin yang memang memahami makna dari peran Jesus dalam peradaban sosial. Semoga tulisan sederhana saya ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan refrensi dan refleksi bagi kaum nasrani.
Selamat Natal........
Glorya...!

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Generasi Padi

Generasi Padi
Nassau

Total Tayangan Halaman

Rumah Kami

Rumah Kami
Porsea
@barunkbijiapikatamata. Diberdayakan oleh Blogger.

Mata yang Berbicara

Mata yang Berbicara
Canon 600D

Daftar Blog Saya

Translate

Pengikut

Labels