(Refleksi
Peryaan Natal 25 Desember 2013)
*Boy Raja Pangihutan Marpaung
Perayaan
natal merupakan hari yang sangat penting bagi kaum nasrani. Histori lahirnya
seorang Mesias (penyelamat) ke bumi
yang menyelamatkan jiwa-jiwa manusia dari tindakan yang serakah dan menuntunnya
ke jalan yang benar. Tepat pada tanggal 25 Desember semua kaum nasrani akan
merayakannya dengan sebutan perayaan natal dengan metode-metode yang
berbeda.
Momentum
lahirnya Juru S’lamat (Jesus) seakan menjadi euforia yang tak dapat terlewatkan
begitu saja setiap tahunnya. Kemegahan ditunjukkan kaum nasrani dalam perayaan
natal ini. Maka tidak heran jika kita melihat pesta kembang api, dandanan
bangunan yang didekorasi dengan indah dan lampu berwarna yang menghiasi setiap
sudut dimana kaum nasrani tiggal.
Banyak
hal yang menjadi terbiasakan yang akhirnya terbudayakan pada perayaan natal ini
yang akhirnya menghilangkan substansi dari natal tersebut. Baju baru, sepatu
baru, serta perlengkapan baru yang sejatinya hanya menghias diri pada saat
momentum itu saja. Hal ini tentu tidak menunjukan sebuah kondisi yang
sebenarnya dari peradaban sosial yang sebenarnya. Artiannya kita hanya
bertopeng sesaat hanya untuk evoria momentual, yang seharusnya tidak demikian.
Berangkat dari Histori
Merefleksikan
kembali makna dari kelahiran sang Mesias (Jesus)
ke bumi menjadi keharusan yang sangat penting bagi kaum nasrani. Mengulas
kembali makna sejarah yang mulai pudar dan terbawa oleh arus zaman harus di
hentikan. Karena apabila kita tidak berangkat dari sejarahNya, kita tidak akan
tau substansinya.
Jika
kita kembali kebelakang dan melihat perjalanan dari Jesus, kelahiranNya
merupakan sebuah tesis sebuah peradaban baru bagi masyarakat Israel. Kondisi
yang pada saat itu Roma menguasai Israel di bawah pimpinan Pontius Pilatus,
seperti menggambarkan sebuah bentuk jaman feodalisme bercampur kolonialisme
yang sangat jelas menyengsarakan masyarakat Israel.
Kemiskinan
dan perbudakan terjadi dimana-mana. Masyarakat Israel pun seakan buas dan tidak
peduli dengan orang sekitarnya yang mengakibatkan sifat individualisme tumbuh
subur pada masyarakatnya. Bahkan tidak peduli walaupun kematian menjemput
masyarakat disekelilingnya asalakan dirinya terselamatkan dari kondisi sosial
yang mengerikan itu.
Kondisi
sosial seperti itu telah membutakan kesadaran masyarakat Israel. Kekuasaan
pemerintahan Rhoma telah melahirkan penderitaan kemiskinan. Namun datangnya
Jesus ke dunia merubah hal ini. Seakan kemenangan masyarakat Israel dari bentuk
feodalsisme kolonial sudah tidak lama lagi.
Secara
perlahan Jesus memberikan kesadaran sosial dari pesan-pesan yang telah dia
sampaikan seperti “Jika kau memiliki dua,
maka berikanlah kepada teman mu yang tidak memilikinya satu”, “Ketoklah maka
pintu akan dibukakan” dan bagaimana cara Jesus membentu kebersamaan 5000
orang hanya dengan 3 roti dan 2 ikan. Banyak lagi hal yang sebenarnya berbentuk
pesan-pesan yang sifatnya bukan hanya sekedar. Bukan berarti ketika kita
memberikan sedekah pada pengemis berarti kita telah melakukannya.
Bukanlah
demikian maksud dari pesan Jesus. Artiannya, kita manusia memiliki kebutuhan
yang sama dalam menjalani kehidupan, tidak membeda-bedakan dari segi apa pun.
Jika kita salah maka akan salah dan jika benar maka akan tetap benar. Kebersamaan dengan menanmkan kasih pada
masyarakat Israel menjadi hal yang memudahkan masyarakat tersebut untuk
menjalani kehidupan tentunya. Dalam kondisi yang masih di jajah akan lebih
menguntungkan masyarakat untuk tetap bertahan hidup dengan adanya kebersamaan
tersebut.
Untuk Peradaban Baru
Lambat
laun melalui murid-murid Jesus maka menjadi banyaklah orang yang mengikuti
jejakNya. Maka secara perlahan merubah watak dari masyarakat yang dulunya
individualis menjadi peduli sesama. Hal ini tentu yang mendorong mengapa Jesus
disebut dengan Mesias atau
penyelamat.
Menghapuskan
perbedaan dan merubah watak yang hanya ingin mendapatkan kepentingan pribadi
menjadi salah satu kunci yang di gunakan Jesus. Berjalan kesana-kemari seakan
melakukan diskusi publik hanya untuk menyebarkan kasih kepada masyarakat. Maka mulailah muncul bibit-bibit sebuah peradaban
baru. Kepercayaan dan penentangan pada feodalisme kolonial Rhoma pun di mulai
dari bentuk-bentuk upeti yang semakin sedikit di merikan masyarakat kepada
pemerintah melalui pajak pun mulai terjadi. Ini dikarena kan perlunya saling
memberi antar masyarakat sesuai yang diajarkan Jesus.
Hal
ini tentu mengganggu perjalanan politik Rhoma untuk menguasai Israel yang
mengakibatkan Jesus di tangkap dan dibunuh melalui penyaliban. Namun kematian
Jesus bukanlah akhir dari perjuangan kebersamaan masyarakat Israel. Melalui
murid-muridnya tetap mengumandangkan kebersamaan dan kasih lah yang terutama.
Maka setelah bertahun-tahun setelah kematian Jesus, masyarakat Israel berhasil
mengusir penjajah Rhoma dari Israel.
Mulai
dari situlah dikumandangkan metode-metode Jesus untuk menyelamatan manusia dari
keserakahan. Terbangun sebuah kelompok yaitu kaum nasrani yang mengilhami
ajaran Jesus dan menjadi panutan bagi kehidupan sehari-hari. Maka lahirlah
peradaban baru.
Maka
kita sebagai generasi nasrani saat ini, bagaimana kita dapat merefleksikan
ajaran-ajaran Jesus dewasa ini. Sudahkah kita menanamkan kasih, kebersamaan,
dan kepedulian terhadap sosial saat ini atau masih tetap dalam perangkap
keserakahan? Kita sudah harus mulai memahami substansi dari kelahiran sang Mesias ke bumi ini dan menjalankan semua
perintah-perintahNya, dengan demikian kita dapat disebut sebagai generasi
nasrani.
Merayakan
kelahiran Jesus bukanlah sekedar kebersamaan pesta yang kita lengkapi dengan
pernak-pernik penghias tubuh yang indah dan baru saja. Yang hanya menunjukkan
kita sama hanya sesaat saja, sementara dalam kehidupan sehari-hari kita
sebenarnya banyak yang harus mengganti baju 3 hari sekali ataupun kelaparan
karena dilanda kemiskinan. Sementara di satu sisi diantara kita banyak yang
memiliki harta berlimpah.
Bukan
kemegahan atau kecantikan maupun benda-benda baru serta pesta euforialah
lambang dari kelahiran Jesus. Kandang domba melambangkan kesederhanaan dan
kasih merupakan cita-cita yang harus kita tanamkan untuk sebuah kebersamaan
tanpa perbedaan pada kaum nasrani untuk membangun sebuah peradaban sosial yang
baru tanpa keserakahan.
Oleh karena itu, mulai
saat ini marilah kita menanamkan pada diri kita sebagai kaum nasrani. Untuk menanamkan
kasih serta kesetaraan pada diri kita ke sesama manusia seperti yang di ajarkan
sang Mesias. Demi peradaban sosisal
yang lebih baik kedepan untuk masa depan bumi dan manusia.
Saya terispirasi dari
buku Teologi Pembebasan yang ditulis oleh Gustavo Guetierres. Buku yang menjadi
panutan bagi negara-negara Amerika Latin yang memang memahami makna dari peran
Jesus dalam peradaban sosial. Semoga tulisan sederhana saya ini dapat
bermanfaat dan menjadi bahan refrensi dan refleksi bagi kaum nasrani.
Selamat Natal........
Glorya...!
0 komentar:
Posting Komentar